Bukan Republik Mimpi
ADA oleh-oleh dari Bupati Musi Banyuasin H Alex Noerdin sepulangnya dari Jepang. Orang Jepang, katanya, biar pun sudah sangat maju peradabannya namun masih mengejar pendidikan. Sementara di Tanah Air pendidikan untuk generasi penerus masih memprihatinkan. Banyaknya pengemis anak-anak di jalan, perkosaan terhadap anak-anak, dan kasus penyimpangan sosial lainnya menjadi pemandangan biasa di sekeliling kita. “ Lost generation diam-diam mengancam kita,” kata Alex, Senin (30/4) malam di Hotel Horison.
Malam itu penampilan Alex agak berbeda. Jalannya agak pincang. Alex pakai tongkat rupanya. Ia baru saja pulang dari Singapura setelah menjalani operasi lutut kanan akibat jatuh dari kuda beberapa waktu lalu. Namun kesakitan itu tidak dirasakan betul.
Malam itu penampilan Alex agak berbeda. Jalannya agak pincang. Alex pakai tongkat rupanya. Ia baru saja pulang dari Singapura setelah menjalani operasi lutut kanan akibat jatuh dari kuda beberapa waktu lalu. Namun kesakitan itu tidak dirasakan betul.
Ia bersemangat menceritakan kesuksesan dunia pendidikan di Musi Banyuasin. Dalam empat tahun terakhir, Musi Banyuasin mengubah diri menjadi kabupaten pendidikan. Biaya pendidikan di sekolah-sekolah formal mulai SD sampai SMA free alias gratis. Bahkan dalam waktu dekat Muba akan membangun kompleks pendidikan politeknik. Itu pun gratis. Bayangkan! Padahal ada 415 SD negeri, 18 SD swasta, 49 SMP negeri, 28 SMP swasta, 17 SMA negeri, 18 SMA swasta. Belum lagi sekolah berbasis agama. “Sekolah-sekolah lain mungkin boleh lebih bagus. Namun tidak ada yang gratis seperti di Muba,”kata Alex dalam jumpa pers.
Alex semalam didampingi dedengkot pendidikan Sumsel seperti Profesor H Amran Halim, Profesor H Waspodo, dan Profesor H Marshal. “Pendidikan itu mahal. Sudah jadi kewajiban pemerintah untuk membantu. Asal ada komitmen pasti bisa. Tidak ada alasan (berlindung) di balik kaya atau miskinnya suatu daerah. Tinggal bagaimana komitmen daerah tersebut. Kan ada hal-hal yang bisa disubsidi silang,”kata Alex. Dulu, lanjut Alex, lulusan SMA di Muba tidak mampu bersaing dengan SMA di luar Muba. Namun belakangan ini, dari SMAN 2 Unggulan berhasil mengantarkan 60-an alumninya ke UI dan ITB melalui jalur PMDK. Nanti ke depan, Pemkab Muba akan membuat SMA unggulan di 11 kecamatan. Alex juga membela kaum pengajar. “Kalau mau memajukan pendidikan yang pertama sampai ketiga harus diperhatikan kesejahteraan guru. Faktor keempat baru infrastruktur,” tambahnya.
Sementara di bidang olahraga, Muba juga punya sejumlah sekolah yang atletnya murni berasal dari dusun-dusun di seluruh pelosok Muba. Mulai sekolah sepakbola yunior, sekolah renang dengan pelatih dari Rusia, sekolah tenis meja, dan yang paling gres adalah sekolah terjun payung. “Kami boleh berbangga karena mereka lahir dari bumi Musi Banyuasin,” tandas Alex.
Melihat semua yang terjadi di Muba timbul pertanyaan sedemikian idealnyakah semua itu. Sebanyak 14 ribu lebih rakyat Muba seperti tinggal di negeri ajaib, negeri impian, saja. Namun Alex menjawab, ”Semua ini bukan di republic mimpi. Karena yang kami lakukan adalah hal-hal biasa dan bisa dilakukan semua daerah. Masalahnya hal ini tidak biasa dilakukan jadi tampak luar biasa,” kata Alex.
Sumber: Sripo
Sementara di bidang olahraga, Muba juga punya sejumlah sekolah yang atletnya murni berasal dari dusun-dusun di seluruh pelosok Muba. Mulai sekolah sepakbola yunior, sekolah renang dengan pelatih dari Rusia, sekolah tenis meja, dan yang paling gres adalah sekolah terjun payung. “Kami boleh berbangga karena mereka lahir dari bumi Musi Banyuasin,” tandas Alex.
Melihat semua yang terjadi di Muba timbul pertanyaan sedemikian idealnyakah semua itu. Sebanyak 14 ribu lebih rakyat Muba seperti tinggal di negeri ajaib, negeri impian, saja. Namun Alex menjawab, ”Semua ini bukan di republic mimpi. Karena yang kami lakukan adalah hal-hal biasa dan bisa dilakukan semua daerah. Masalahnya hal ini tidak biasa dilakukan jadi tampak luar biasa,” kata Alex.
Sumber: Sripo
No comments:
Post a Comment