Bujang Ranggonang yang Penuh Teladan
Penampilan kesenian grup Musi Banyuasin (Muba) cukup mengesankan. Kali ini, legenda Bumi Serasan Sekate, Bujang Ranggonang diangkat ke permukaan drama di Festival Sriwijaya Ke-16. tidak tanggung-tanggung, personel yang dikerahkan melibatkan 30 personel.Drama yang menarik ini, sukses dibawakan oleh Sanggar Puteri Randik di bawah asuhan Ny Eliza Alex Noerdin.
Legenda ini berawal ketika, Bujang Ranggonang dalam pengembaraan di ranah orang. Perjalanan dalam pencarian jati dirinya ini, banyak ditemukan beberapa permasalahan-permasalahan hidup. Selain melakukan perjalanan panjang ini, tidak lupa Bujang Ranggonang mengasah diri untuk memperdalam ilmu kanuragan yang dimilikinya. Setelah merasa merasa ilmunya sudah mumpuni, Bujang Ranggonang pun kembali mengabdi di desa kelahirannya, Muara Rawas.
Setelah beberapa tahun dinilai cakap dalam memimpin suatu pasukan, akhirnya, Bujang Ranggonang inipun diangkat menjadi panglima di Bumi Serasan Sekate. Nah, dalam kepemimpinan Bujang Ranggonang inilah, Bumi Serasan Sekate menjadi makmur, sejahtera dan aman.
“Kisah yang disampaikan dalam bentuk drama ini mengandung nilai-nilai luhur tentang arti persatuan dan kecintaan Bujang Ranggonang terhadap tanah kelahirannya. Meskipun sudah di dunia luar Bujang Ranggonang telah berhasil, toh dia pun tetap kembali ke desanya untuk mengabdi dan membangun tanah tumpah darahnya,” tegas Dadang Irawan.
Dalam pementasan kemarin malam, tatanan panggung dan Lighting saat pertunjukan cukup menawan. Sebanyak 30 personel dari Sanggar Puteri Randik ini, mampu beri hiburan rakyat Sumsel yang benar-benar mengesankan. Tak heran, penampilannya kali ini, mampu memberikan alternatif hiburan, bahwa kebudayaan asli daerah Muba tidaklah hilang dimakan peradaban dunia yang serba modern ini.
Sumber: Sumeks
Legenda ini berawal ketika, Bujang Ranggonang dalam pengembaraan di ranah orang. Perjalanan dalam pencarian jati dirinya ini, banyak ditemukan beberapa permasalahan-permasalahan hidup. Selain melakukan perjalanan panjang ini, tidak lupa Bujang Ranggonang mengasah diri untuk memperdalam ilmu kanuragan yang dimilikinya. Setelah merasa merasa ilmunya sudah mumpuni, Bujang Ranggonang pun kembali mengabdi di desa kelahirannya, Muara Rawas.
Setelah beberapa tahun dinilai cakap dalam memimpin suatu pasukan, akhirnya, Bujang Ranggonang inipun diangkat menjadi panglima di Bumi Serasan Sekate. Nah, dalam kepemimpinan Bujang Ranggonang inilah, Bumi Serasan Sekate menjadi makmur, sejahtera dan aman.
“Kisah yang disampaikan dalam bentuk drama ini mengandung nilai-nilai luhur tentang arti persatuan dan kecintaan Bujang Ranggonang terhadap tanah kelahirannya. Meskipun sudah di dunia luar Bujang Ranggonang telah berhasil, toh dia pun tetap kembali ke desanya untuk mengabdi dan membangun tanah tumpah darahnya,” tegas Dadang Irawan.
Dalam pementasan kemarin malam, tatanan panggung dan Lighting saat pertunjukan cukup menawan. Sebanyak 30 personel dari Sanggar Puteri Randik ini, mampu beri hiburan rakyat Sumsel yang benar-benar mengesankan. Tak heran, penampilannya kali ini, mampu memberikan alternatif hiburan, bahwa kebudayaan asli daerah Muba tidaklah hilang dimakan peradaban dunia yang serba modern ini.
Sumber: Sumeks
No comments:
Post a Comment