Jangan Anaktirikan Muba
ADA sesuatu yang menyentak hati Bupati Muba H Alex Noerdin. Seakan-akan ia ingin melampiaskan sesuatu yang sudah lama terpendam dalam pikirannya. Ia berkata,” Muba ini seperti dianaktirikan oleh Pemerintah Provinsi.Padahal, Muba merupakan kabupaten paling besar sumbangannya dari pembagian hasil minyak dan gas kepada Pemprov Sumsel,” ujarnya kepada wartawan, Senin (5/6).
Ungkapan ketidakpuasan itu disampaikan Alex kepada Pempov Sumsel yang menurut penilainya berlaku tidak adil. “Pada tahun 2006, Pemprov mendapatkan Rp 367 M dari bagi hasil migas asal Muba, Pusat mendapatkan 10,5 T. Dan selama 2002 hingga 2006, total Pemprov Sumsel mendapatkan dana segar sekitar Rp 1 triliun 80 miliar. Tetapi apa kontribusi pempov terhadap Muba,” gugat Alex.
Bagi hasil migas dari Muba yang 85 persen untuk Pusat, 15 persennya kemudian dibagi lagi dengan rincian 6 persen untuk Muba, 3 persen untuk Pemprov dan 6 persen untuk kabupaten/ kota di Sumsel. “Kami hanya meminta Pemprov melaksanakan kewajibannya saja, tidak lebih. Terutama kewajiban menyangkut pembangunan jembatan Teluk II dan jalan Sekayu Babattoman sepanjang 40 Km yang sudah dua tahun anggaran belum juga selesai. Padahal, dua proyek itu seharusnya sudah selesai pada tahun 2006 lalu. Jadi, ini menjadi bukti bahwa Muba diperlakukan Pemprov secara tidak adil,” paparnya. “Jadi kami, Muba ini seperti dianaktirikan saja. Seharusnya, ayam bertelur emas ini dipelihara dengan baik, diperhatikan, kandangnya dibagusi, diprioritaskanlah,” kata Alex memberi ibarat.
Bupati yang mahir menembak ini terlihat berapiapi ketika memulai pembicaraan mengenai kondisi jembatan Teluk I yang memprihatinkan, dan sempat putus gara-gara ada bagian ruas jalan yang jeblok dan mengakibatkan kemacetan hampir 4 km bulan lalu. Padahal, itu satu satunya jalan dari Betung ke Sekayu dan sebaliknya.
Begitu juga Jembatan Teluk II yang menjadi alternatif, belum juga selesai hingga kemarin. “Memang jembatan ini menjadi ganjalan saya sejak lama. Soalnya, jembatan ini seyogyanya sudah selesai pada September 2006 sebagai pengganti jembatan Teluk I yang sudah tua dan tidak laik lagi. Namun kenyataannya pembangunannya molor hingga sekarang. Padahal, Pemkab Muba sudah menyelesaikan pembangunan badan jembatan sepanjang 214 m dan lebar 10 m sebesar Rp 47,5 miliar. Tetapi justru yang belum itu adalah pembangunan jembatan pendekat (oprit) yang menjadi kewajiban Pemprov yang yang terletak ke arah Sekayu sepanjang 200 M. Sedangkan pendekat yang ke arah Palembang sudah selesai. Ada apa ini, kenapa harus ditunda-tunda penyelesaiannya,” tegas Bupati yang terpilih untuk kedua kalinya pada Desember lalu.
Jembatan pendekat ruas kiri-kanan proyek Bina Marga Sumsel itu senilai Rp 8 M seyogyanya sudah selesai September tahun lalu. Namun sempat terhenti, dan pengerjaan oleh PT Candratex melalui PT Tridaya Sakti itu sekarang baru dimulai kembali. “Kita masih memberi waktu penyelesaian kepada kontraktor hingga Desember mendatang. Jika tidak selesai, akan saya usir.
Ungkapan ketidakpuasan itu disampaikan Alex kepada Pempov Sumsel yang menurut penilainya berlaku tidak adil. “Pada tahun 2006, Pemprov mendapatkan Rp 367 M dari bagi hasil migas asal Muba, Pusat mendapatkan 10,5 T. Dan selama 2002 hingga 2006, total Pemprov Sumsel mendapatkan dana segar sekitar Rp 1 triliun 80 miliar. Tetapi apa kontribusi pempov terhadap Muba,” gugat Alex.
Bagi hasil migas dari Muba yang 85 persen untuk Pusat, 15 persennya kemudian dibagi lagi dengan rincian 6 persen untuk Muba, 3 persen untuk Pemprov dan 6 persen untuk kabupaten/ kota di Sumsel. “Kami hanya meminta Pemprov melaksanakan kewajibannya saja, tidak lebih. Terutama kewajiban menyangkut pembangunan jembatan Teluk II dan jalan Sekayu Babattoman sepanjang 40 Km yang sudah dua tahun anggaran belum juga selesai. Padahal, dua proyek itu seharusnya sudah selesai pada tahun 2006 lalu. Jadi, ini menjadi bukti bahwa Muba diperlakukan Pemprov secara tidak adil,” paparnya. “Jadi kami, Muba ini seperti dianaktirikan saja. Seharusnya, ayam bertelur emas ini dipelihara dengan baik, diperhatikan, kandangnya dibagusi, diprioritaskanlah,” kata Alex memberi ibarat.
Bupati yang mahir menembak ini terlihat berapiapi ketika memulai pembicaraan mengenai kondisi jembatan Teluk I yang memprihatinkan, dan sempat putus gara-gara ada bagian ruas jalan yang jeblok dan mengakibatkan kemacetan hampir 4 km bulan lalu. Padahal, itu satu satunya jalan dari Betung ke Sekayu dan sebaliknya.
Begitu juga Jembatan Teluk II yang menjadi alternatif, belum juga selesai hingga kemarin. “Memang jembatan ini menjadi ganjalan saya sejak lama. Soalnya, jembatan ini seyogyanya sudah selesai pada September 2006 sebagai pengganti jembatan Teluk I yang sudah tua dan tidak laik lagi. Namun kenyataannya pembangunannya molor hingga sekarang. Padahal, Pemkab Muba sudah menyelesaikan pembangunan badan jembatan sepanjang 214 m dan lebar 10 m sebesar Rp 47,5 miliar. Tetapi justru yang belum itu adalah pembangunan jembatan pendekat (oprit) yang menjadi kewajiban Pemprov yang yang terletak ke arah Sekayu sepanjang 200 M. Sedangkan pendekat yang ke arah Palembang sudah selesai. Ada apa ini, kenapa harus ditunda-tunda penyelesaiannya,” tegas Bupati yang terpilih untuk kedua kalinya pada Desember lalu.
Jembatan pendekat ruas kiri-kanan proyek Bina Marga Sumsel itu senilai Rp 8 M seyogyanya sudah selesai September tahun lalu. Namun sempat terhenti, dan pengerjaan oleh PT Candratex melalui PT Tridaya Sakti itu sekarang baru dimulai kembali. “Kita masih memberi waktu penyelesaian kepada kontraktor hingga Desember mendatang. Jika tidak selesai, akan saya usir.
Kami akan mengerjakan sendiri, dan saya kira dalam waktu satu bulan jika dikerjakan serius akan selesai. Tapi nanti kami akan minta ganti ongkosnya, dong,”Alex menegaskan.
Sumber: Sripo
Sumber: Sripo
No comments:
Post a Comment